Monday

7 Keris Pusaka Paling Melegenda di Tanah Air Indonesia

One web id — Dahulu kala, keris berfungsi sebagai senjata dalam duel atau peperangan, sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Namun penggunaan dimasa kini, keris hanya sebagai benda aksesori dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.
7 Keris Pusaka Paling Melegenda di Tanah Air Indonesia
Di nusantara, penggunaan keris tersebar pada masyarakat penghuni wilayah yang pernah terpengaruh oleh Majapahit, seperti Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, pesisir Kalimantan, sebagian Sulawesi, Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan (Mindanao). Keris Mindanao dikenal sebagai kalis. Di setiap daerah, keris memiliki kekhasan tersendiri dalam hal penampilan, fungsi, teknik garapan, serta peristilahan. Akan tetapi tahukah Anda, ternyata ada beberapa keris di tanah air kita Indonesia ini yang begitu melegenda? Ingin tau kisah selengkapnya, yuk kita simak bersama-sama yang berikut ini.

1. Keris Mpu Gandring
Keris Mpu Gandring merupakan senjata pusaka yang terkenal dalam riwayat berdirinya Kerajaan Singhasari di daerah Malang, Jawa Timur sekarang. Keris ini terkenal karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Singasari termasuk pendiri dan pemakainya, ken Arok. Awalnya, keris ini dibuat oleh seorang pandai besi yang dikenal sangat sakti bernama Mpu Gandring, atas pesanan Ken Arok. Kemudian setelah selesai menjadi keris dengan bentuk dan wujud yang sempurna bahkan keris ini memiliki kemampuan supranatural. Konon dikatakan keris ini melebihi semua pusaka yang ada dimasa itu. Kemudian Ken Arok menguji Keris tersebut dengan menusukannya pada Mpu Gandring yang konon menurutnya tidak menepati janji. Singkat cerita, dalam keadaan sekarat Mpu Gandring mengeluarkan kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh keturunan dari Ken Arok. Dalam perjalanannya, keris ini terlibat dalam perselisihan dan pembunuhan elit kerajaan Singhasari yaitu Tunggul Ametung, Ken Arok, Anusapati dan bahkan keturunan Ken Arok sendiri.

2. Keris Kyai Setan Kober
Keris Kyai Setan Kober merupakan nama keris milik Adipati Jipang, Arya Penangsang. Keris ini dikenakan pada waktu ia perang tanding melawan Sutawijaya. Suatu saat tombak Kyai Pleret yang dipakai Sutawijaya mengenai lambung Arya Penangsang, hingga ususnya terburai. Arya Penangsang dengan sigap, menyangkutkan buraian ususnya itu pada wrangka atau sarung keris yang terselip di pinggangnya, dan terus bertempur. Sesaat kemudian, Sutawijaya terdesak hebat dan kesempatan itu digunakan oleh Arya Penangsang untuk segera penuntaskan perang tanding tersebut, dengan mencabut keris dari dalam wrangka, dan tanpa sadar bahwa mata keris Kyai Setan Kober langsung memotong ususnya yang disangkutkan di bagian wrangkanya. Sehingga pada akhirnya iapun tewas seketika. Sutawijaya terkesan menyaksikan betapa gagahnya Arya Penangsang dengan usus terburai yang menyangkut pada hulu kerisnya. Ia lalu memerintahkan agar anak laki-lakinya, kalau kelak menikah meniru Arya Penangsang, dan menggantikan buraian usus dengan rangkaian atau ronce bunga melati, dengan begitu maka pengantin pria akan tampak lebih gagah, sehingga tradisi tersebut tetap digunakan hingga detik ini.

3. Keris Kyai Sengkelat
Keris Sengkelat merupakan keris pusaka luk tiga belas yang diciptakan pada jaman Majapahit (1466 – 1478), yaitu pada masa pemerintahan Prabu Kertabhumi (Brawijaya V) karya Mpu Supa Mandagri. Mpu Supa adalah salah satu santri Sunan Ampel. Konon bahan untuk membuat keris Sengkelat adalah cis, sebuah besi runcing untuk menggiring onta. Konon, besi itu didapat Sunan Ampel ketika sedang bermunajat. Ketika ditanya besi itu berasal darimana, dijawab lah bahwa besi itu milik Muhammad saw. Maka diberikan lah besi itu kepada Mpu Supa untuk dibuat menjadi sebilah pedang. Namun sang mpu merasa sayang jika besi tosan aji ini dijadikan pedang, maka dibuatlah menjadi sebilah keris luk tiga belas dan diberi nama keris Sengkelat. Setelah selesai, diserahkannya kepada Sunan Ampel. Sang Sunan menjadi kecewa karena tidak sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Maka oleh Sunan Ampel disarankan supaya keris Sengkelat diserahkan kepada Prabu Brawijaya V.

Ketika Prabu Brawijaya V menerima keris tersebut, sang Prabu menjadi sangat kagum akan kehebatan keris Kyai Sengkelat. Dan akhirnya keris tersebut menjadi salah satu maskot kerajaan dan diberi gelar Kangjeng Kyai Ageng Puworo, yang mempunyai tempat khusus dalam gudang pusaka keraton. Pusaka baru itu menjadi sangat terkenal sehingga menarik perhatian Adipati Blambangan. Adipati ini memerintahkan orang kepercayaannya untuk mencuri pusaka tersebut demi kejayaan Blambangan, dan berhasil. Mpu Supa yang telah mengabdi pada kerajaan Majapahit diberi tugas untuk mencari dan membawa kembali pusaka tersebut ke Majapahit. Oleh karena taktik yang jitu dari Mpu Sumpa, sehingga keris itu ia dapatkan kembali dan tanpa menyebabkan peperangan. Sehingga pada akhirnya Ki Nambang dianugerahi seorang putri kadipaten yang bernama Dewi Lara Upas, adik dari Adipati Blambangan itu sendiri. Sang Mpu yang berhasil melaksanakan tugas selalu mencari cara agar dapat kembali ke Majapahit. Tatkala kesempatan itu tiba, maka beliau pun segera kembali ke Majapahit dan meninggalkan istrinya yang sedang hamil. Namun sebelum pergi, beliau meninggalkan pesan kepada sang istri bahwa kelak jika anak mereka lahir laki-laki agar diberi nama Joko Suro, serta meninggalkan bahan berupa besi untuk membuat keris.

4. Keris Kyai Carubuk
Dalam satu legenda dikisahkan Sunan Kalijaga meminta tolong untuk dibuatkan keris coten-sembelih (pegangan lebai untuk menyembelih kambing). Lalu oleh beliau diberikan calon besi yang ukurannya sebesar biji asam jawa. Mengetahui besarnya calon besi tersebut, Empu Supa sedikit terkejut. Ia berkata besi ini bobotnya berat sekali, tak seimbang dengan besar wujudnya dan tidak yakin apakah cukup untuk dibuat keris. Lalu Sunan Kalijaga berkata kalau besi itu tidak hanya sebesar biji asam jawa tetapi besarnya seperti gunung. Karena ampuh perkataan Sunan Kalijaga, pada waktu itu juga besi menjelma sebesar gunung.Hati empu Supa menjadi gugup, karena mengetahui bahwa Sunan Kalijaga memang benar-benar wali yang dikasihi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, yang bebas mencipta apapun. Oleh karena itu, empu Supa berlutut dan takut. Singkat cerita, besipun kemudian dikerjakan. Tidak lama, jadilah keris yang kemudian diserahkan kepada Sunan Kalijaga.

Akan tetapi anehnya begitu melihat bentuknya, seketika itu juga Sunan Kalijaga menjadi kaget, sampai beberapa saat tidak dapat berbicara karena kagum dan tersentuh perasaannya, karena hasil kejadian keris itu berbeda jauh sekali dengan yang dimaksudkan. Maksud semula untuk dijadikan pegangan lebai, ternyata yang dihasilkan keris Jawa asli Majapahit, luk tujuh belas. Sebenarnya, begitu mengetahui keindahan keris, perasaan Sunan Kalijaga agak tersentuh. Oleh karena itu ia mengamatinya hingga puas dan tidak bosan-bosannya. Kemudian ia berkata sambil tertawa dan memuji keindahan keris itu. Lalu Empu Supa diberi lagi besi yang ukurannya sebesar kemiri. Setelah dikerjakan, jadilah sebilah keris mirip pedang suduk (seperti golok atau belati). Begitu mengetahui wujud keris yang dihasilkan sunan Kalijaga sangat senang hatinya. keris itu disebut Kyai Carubuk. keris kyai carubuk ini akhirnya menjadi pusaka sultan hadiwijaya, bahkan sanggup mengalahkan keris setan kober milik arya penangsang ketika pesuruh arya penangsang melakukan percobaan pembunuhan pada sultan hadiwijaya dengan memakai keris setan kober.

5. Keris Pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten
Keris Pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten merupakan dua benda pusaka peninggalan Raja Majapahit. Nagasasra adalah nama salah satu dapur keris luk tiga belas dan ada pula yang luk-nya berjumlah sembilan dan sebelas, sehingga penyebutan nama dapur ini harus disertai dengan menyatakan jumlah luk-nya.Bagian gandik keris ini diukir dengan bentuk kepala naga, sedangkan badannya digambarkan dengan sisik yang halus mengikuti luk pada tengah bilah sampai ke ujung keris. Salah satu pembuat keris dengan dapur Nagasasra terbaik, adalah karya empu Ki Nom, merupakan seorang empu yang terkenal, dan hidup pada akhir zaman kerajaan Majapahit sampai pada zaman pemerintahan Sri Sultan Agung Anyokrokusumo di Mataram. Dapur Sabuk Inten, seperti juga dapur Nagasasra mempunyai luk tiga belas dengan ciri-ciri yang berbeda yaitu mempunyai sogokan, kembang kacang, lambe gajah dan greneng.

6. Keris Taming Sari
Konon, sebagaimana yang dikisahkan bahwa pemilik asal keris ini adalah seorang pendekar atau hulu balang kerajaan Majapahit yang bernama Taming Sari. Keris ini kemudianya bertukar tangan kepada hulubalang Melaka yang telah berjaya membunuh Taming Sari bernama Hang Tuah. Perpindahan kepemilikan ini terjadi dalam suatu duel keris yang sangat luar biasa antara Taming Sari dan Hang Tuah, yang akhirnya dimenangkan oleh Hang Tuah.

7. Keris Condong Campur
Condong Campur merupakan salah satu keris pusaka milik Kerajaan Majapahit yang banyak disebut dalam legenda dan folklor. Awalnya, keris ini dikenal dengan nama Kanjeng Kyai Condong Campur. Konon keris pusaka ini dibuat beramai-ramai oleh seratus orang mpu. Selain itu, bahan kerisnya diambil dari berbagai tempat yang pada akhirnya keris ini menjadi keris pusaka sangat ampuh namun memiliki watak yang jahat.



No comments:

Mobile version